harga cincin nikah bahan palladium - jual cincin nikah 001
SUBTOTAL :

WHASTAPPS

cincin nikah harga cincin nikah bahan palladium
harga cincin nikah bahan palladium

harga cincin nikah bahan palladium

cincin nikah harga cincin nikah bahan palladium
Short Description:

JUAL CINCIN NIKAH


























harga cincin nikah bahan palladium - Harga Cincin :

Perak mulai dari     Rp.450.000 (sepasang)
Paladium mulai dari  Rp 3.200.000 (sepasang)
Emas mulai dari      Rp.5.000.000 (sepasang)
Platina mulai dari   Rp.9000.000 (sepasang)

untuk informasi lebih lengkap silahkan hubungi :

WA    : +6282283570761
Gmail : hermanprasstiyo@gmail.com
Hukum Tukar Cincin Setelah Akad Nikah
Selasa, 23 Januari 2018 20:02 Bahtsul Masail
Bagikan   

Hukum Tukar Cincin Setelah Akad Nikah(via egyfp.com)
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Redaksi Bahtsul Masail NU Online, nama saya Ruslan. Saya mau bertanya perihal salah satu prosesi pernikahan yang pernah ada, yaitu tukar cincin. Apa hukumnya secara Islam? Berdosakah kita? Jika hal itu dilakukan setelah akad nikah, (apakah) diperbolehkan? Apakah tukar cincin itu hanya untuk perempuan saja atau juga diperbolehkan untuk laki-laki karena setahu saya lelaki tidak boleh menggunakan perhiasan atau emas? Mohon penjelasannya. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Jawaban
Assalamu alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah SWT. Acap kali kita menyaksikan dalam acara pernikahan, setelah akad nikah sepasang suami-istri melakukan tukar cincin, suami memakain cincin di jari istrinya. Sebaliknya istrinya juga melakukan hal yang sama. Hal ini seperti sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat kita.

Prosesi tukar cincin yang terjadi di masyarakat kita itu pada dasarnya lebih pada acara seremonial tambahan saja. Hal ini tidak terkait dengan soal keyakinan atau akidah yang dianut. Pasangan laki-laki dan perempuan setelah melakukan akad nikah maka sah menjadi sepasang suami-istri.

Kemudian melakukan tukar cincin secara simbolik menggambarkan keduanya adalah pasangan yang siap berbagi, saling memberi, saling melayani, dan menunaikan apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing.

Sampai di sini sebenarnya tidak ada persoalan berarti. Persoalan kemudian muncul ketika dalam prosesi tukar cincin tersebut adalah cincin yang terbuat dari emas, di mana pemakaian cincin emas bagi laki-laki adalah tidak diperbolehkan atau diharamkan. Sedangkan pemakaian cincin emas bagi perempuan diperbolehkan.


Artinya: “Kaum Muslim sepakat atas kebolehan perempuan memakai cinci emas untuk dan mengharamkannya untuk laki-laki kecuali pendapat yang diriwayatkan dari Abi Bakr Muhammad bin Umar bin Muhammad bin Hazm yang membolehkannya dan dari sebagian ulama yang menganggap makruh bukan haram,” (Lihat Muhyiddin Syarf An-Nawawi, Al-Minhaj Syarhu Shahihi Muslim bin Al-Hajjaj, Beirut, Daru Ihya`it Turats Al-‘Arabi, cetakan kedua, 1392 H, juz XIV, halaman 65).

Dari penjelasan ini, maka tukar cincin kemudian menjadi bermasalah apabila cincin yang diberikan atau dipakaikan kepada suami adalah cincin emas. Sebab, pemakaian cincin emas untuk laki-laki diharamkan sebagaimana dikemukakan di atas. Meskipun ada pendapat yang memperbolehkannya seperti Ibnu Hazm, tetapi pandangan ini dianggap tidak sahih.

Selanjutnya, untuk menghindari hal-hal yang dilarang dalam Islam, maka sebaiknya sebelum prosesi tukar cincin sebaiknya dibicarakan baik-baik dan disepakati, misalnya untuk cincin perempuan terbuat dari emas, tetapi untuk pihak laki-laki bisa menggunakan selain emas seperti perak karena cincin emas untuk laki-laki diharamkan.

Penjelasan di atas mengandaikan bahwa tukar cincin atas setelah prosesi akad nikad adalah dapat ditoleransi atau diperbolehkan. Tetapi dengan catatan cincin yang dipakaikan kepada pihak laki-laki bukan emas.

Di samping itu juga tidak mengaitkan dengan keyakinan tertentu seperti keyakinan jika tidak tukar cincin maka pernikahannya tidak langgeng. Keyakinan seperti jelas keliru dan tidak dibenarkan dalam pandagan Islam.

Demikian jawaban singkat yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima dan kritik dari pembaca.

Wallahul Muwaffiq ila Aqwmith Thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.


0 Reviews:

Post Your Review